Belajar
EN
Pencegahan IMS

HIV dan AIDS

Di halaman ini

Apa itu HIV dan AIDS?

Human immunodeficiency virus (HIV) menyerang sistem imun yang mengganggu kemampuan tubuh dalam memerangi infeksi. Jika sistem imun tubuh lemah dan kehilangan kemampuannya dalam memerangi infeksi, hal tersebut dapat menyebabkan berbagai penyakit lain yang bisa fatal. Saat infeksi HIV berkembang, ia dapat menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Infeksi HIV yang tidak dirawat membutuhkan waktu beberapa tahun untuk berkembang menjadi AIDS, tergantung masing-masing individu.

HIV di Indonesia

Pada 2017, UNAIDS memperkirakan terdapat 630.000 orang yang hidup dengan HIV dan hanya 14% dari mereka yang melakukan terapi antiretrovirus dan hanya 270.000 orang yang mengetahui status mereka. Kasus infeksi HIV baru naik dari tahun 2016 sebanyak 49.000 orang dan 39.000 kematian karena AIDS.

Hanya 13% dari wanita hamil yang hidup dengan HIV melakukan perawatan untuk mencegah penularan HIV kepada anak mereka. Dilaporkan terdapat 3.100 anak berumur 0 sampai 13 tahun yang baru terinfeksi HIV di tahun 2017.

Pada 2012, dilaporkan bahwa hanya 11.37% dari anak muda berumur 15-24 tahun yang mengetahui tentang pencegahan HIV.

Siapa yang dapat tertular HIV?

HIV memiliki stigma dan biasanya dihubungkan dengan pria homoseksual, pengguna narkoba atau pekerja seks namun penting dicatat bahwa siapapun dapat tertular HIV. Terlepas dari jenis kelamin dan seksualitas kamu; kamu dapat tertular HIV.

HIV adalah penyakit bloodborne yang artinya penyakit yang disebabkan ketika virus memasuki darah. HIV dapat ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi.

Terdapat 3 mode utama penularan HIV:

  1. Hubungan seksual
  2. Transfusi darah
  3. Penularan dari ibu ke anak

Setelah memahami mode penularan virus; kamu disarankan untuk mempertimbangkan tes HIV jika:

  • Berhubungan seks dengan lebih dari satu orang
  • Pria yang berhubungan seks dengan pria
  • Pengguna narkoba intravena
  • Pekerja seks

Kamu juga harus mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan jika kamu telah dilecehkan secara seksual atau berencana memiliki anak.

Pemeriksaan

Pemeriksaan HIV harus dengan sukarela dan harus mengikuti prinsip yang direkomendasi oleh WHO yang dikenal sebagai “5-Cs”: persetujuan, kerahasiaan, konseling, hasil tes yang benar dan hubungan.

Kamu dapat mengunjungi penyedia perawatan kesehatan atau klinik untuk memeriksa HIV. HIV biasanya diperiksa melalui tes darah tergantung dari tes apa yang disediakan oleh penyedia. Tes tertentu dapat memberikan hasil kepadamu dalam 20 menit namun, tes lain membutuhkan seminggu.

Penting diketahui bahwa tidak ada tes HIV yang dapat mendeteksi HIV segera setelah infeksi karena terdapat periode jeda sebelum HIV dapat terdeteksi. Jika kamu yakin bahwa dirimu telah tertular HIV dalam 72 jam terakhir, hubungi dokter untuk melakukan tes Post-exposure prophylaxis (PEP).

Pilihan perawatan

Tingkat perawatan telah meningkat selama beberapa tahun, disebabkan oleh kesadaran, pemeriksaan dan pemahaman penyakit yang meningkat. Di dalam pedoman dan rekomendasi saat ini, individu yang terinfeksi HIV sangat disarankan untuk memulai antiretroviral therapy (ART) sesegera mungkin.

ART adalah terapi yang dapat menekan muatan virus HIV ke tingkat yang tidak dapat dideteksi dengan beberapa obat antivirus. Terdapat efek samping dari ART tergantung pada obat antivirus mana yang digunakan namun efek samping tersebut biasanya ringan dan konstitusional. Yang lebih penting lagi, interaksi obat dengan narkoba rekreasi sebagai grup risiko utama dapat menjadi masalah serius yang mempengaruhi keamanan penggunaan obat. Penting juga untuk mematuhi alur pengobatan yang diresepkan.

Pilihan pencegahan

Untuk mencegah penyebaran HIV terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan. Memberitahu pasangan Kamu bahwa ia mungkin terinfeksi merupakan hal yang penting untuk mencegah penularan HIV dan menghentikan penularan kepada orang lain.

Terdapat cara-cara berbeda untuk mencegah penularan HIV termasuk pemeriksaan, penghalang fisik dan pengobatan.

  1. Seks aman dan kondom
    Mempraktikkan seks aman, apakah itu seks vaginal atau anal merupakan hal yang baik dan dapat mencegah infeksi HIV dan penyakit menular seksual. Kondom tidak hanya digunakan untuk mencegah kehamilan, namun juga untuk mencegah penyakit menular seksual. Selain dari ketersediaan, pemakaian kondom yang konsisten dan benar sama-sama penting dan mengurangi risiko penularan HIV hingga 94%.
  2. Pre-exposure prophylaxis (PrEP)
    PrEP saat ini digunakan untuk mencegah penularan HIV dengan menggunakan obat antivirus sebelum paparan HIV. Pedoman dosis harian resmi saat ini sedang diteliti dan beragam di berbagai negara. Penting untuk mengikuti saran preskripsi lokal.
  3. Post-exposure prophylaxis (PEP)
    PEP mengacu ke penggunaan obat antivirus setelah paparan ke sumber HIV untuk mencegah infeksi penularan. Durasi PEP yang direkomendasi saat ini adalah 28 hari dengan dosis pertama dikonsumsi dalam 72 jam setelah paparan. PEP yang sangat efektif adalah satu-satunya cara untuk mengurangi risiko infeksi setelah paparan HIV namun tingkatnya tidak 100%. Oleh karena itu, konseling pencegahan utama dan pencegahan risiko sama-sama penting.
  4. Pemeriksaan HIV dan konseling
    Sangat penting untuk mengedukasi publik dan membantu individu mengetahui tentang HIV dan status HIV mereka supaya orang-orang yang terinfeksi mendapatkan pengobatan dan perawatan yang sesuai. Tes pemeriksaan HIV harus didampingi dengan layanan konseling sebelum dan setelah tes untuk memberikan individu informasi yang akurat dan implikasi hasil tes.

Sumber

Arts, Eric J., & Hazuda, Daria J. (2012). HIV-1 antiretroviral drug therapy. Cold Spring Harbor perspectives in medicine, a007161.

Parham, P. (2014). The immune system. Garland Science.

UNAIDs, UNICEF, & World Health Organization. (2011). Global HIV/AIDS response: epidemic update and health sector progress towards universal access: progress report 2011. Global HIV/AIDS response: epidemic update and health sector progress towards universal access: progress report 2011.

Hethcote, H. W., & Van Ark, J. W. (2013). Modeling HIV transmission and AIDS in the United States (Vol. 95). Springer Science & Business Media.

UNAIDS, G. (2016). Global AIDS update 2016. Geneva, Switzerland: World Health Organization Library.

World Health Organization. (2014). The global health sector strategy on HIV/AIDS 2011-2015: an interim review of progress: abridged report, May 2014. In The global health sector strategy on HIV/AIDS 2011-2015: an interim review of progress: abridged report, May 2014.

World Health Organization. (2016). Consolidated guidelines on HIV prevention, diagnosis, treatment and care for key populations–2016 update. World Health Organization.

UNAIDS. (2017). Country FactSheets: Indonesia.Jakarta: UNAIDS.Retrieved from: http://www.unaids.org/en/regionscountries/countries/indonesia