Belajar
EN
Introduksi

Kesehatan Seksual dan Reproduksi di Indonesia

Di halaman ini

Kesehatan Seksual dan Reproduksi di Indonesia

Kesehatan seksual dan reproduksi (Kespro) masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan di Indonesia. Hal ini menyebabkan banyak dewasa muda di Indonesia tidak menerima pendidikan kespro yang baik. Kepercayaannya adalah jika kita tidak membicarakannya, maka tidak seorangpun yang akan melakukannya, tetapi sayangnya kenyataan tidak seperti itu.

  • Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa 5% pelajar (12-19 tahun) sudah melakukan hubungan seksual (WHO, 2015). Dari jumlah tersebut, 83% sudah melakukan hubungan seksual sebelum berusia 14 tahun.
  • Hanya 34% yang dilaporkan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual yang terakhir, yang mana dikatakan sebagai perilaku seksual yang beresiko.
  • Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan angka kehamilan tidak diinginkan yang tertinggi di Asia Tenggara (WHO, 2017).

Kurangnya akses edukasi menyebabkan banyak orang Indonesia berusaha untuk merawat kesehatan seksual dan reproduksi mereka sendiri. Ketika banyak orang Indonesia tidak menerima edukasi mengenai kespro, mereka akan menggunakan sumber-sumber yang tidak bisa dipercaya. Ini merupakan masalah besar di Indonesia karena memicu banyak kesalahpahaman dan perilaku seksual yang beresiko. Program pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi membantu untuk mendorong orang-orang untuk melindungi diri mereka sendiri dan pasangan mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan memahami consent.

Untuk membaca beberapa mitos seputar kespro yang sudah kita bantah, klik di sini.

Untuk membaca lebih banyak tentang pelecehan, klik di sini.

Kesalahan Informasi, Tabu dan Stigma

Berbicara mengenai kespro masih merupakan sesuatu yang tabu Indonesia, meskipun hal ini berada dalam konteks edukasi. Kesehatan seksual dan reproduksi secara umum bisa menjadi topik yang sensitif. Ini sangat personal dan kadang menjadi hal yang tidak nyaman untuk dibicarakan. Di atas ini semua, masih ada stigma seputar pendidikan kespro yang membuatnya sulit untuk didiskusikan secara terbuka dan jujur.

Hal ini bisa memicu banyak konsekuensi sosial meliputi rasa malu, marginalisasi/pengesampingan sosial, kekerasan dan bisa berdampak negatif terhadap kesehatan. Stigma dan konsekuensinya sering menjadi penghalang yang menghalangi banyak orang untuk mencari pertolongan dan juga mengajukan pertanyaan.

Memecahkan stigma adalah hal penting untuk menormalkan pembicaraan seputar kespro dan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang mendukung.

Jadi dimana kamu bisa memulai?

Penting untuk memulai dengan mendidik dirimu sendiri dan secara aktif bertanya mengenai kespro dan topik lain yang berhubungan. Kamu bisa mulai dengan browsing halaman pembelajaran kami atau sumber online yang lain.

Sumber

WHO (2015). Global accelerated action for the health of adolescents: Guidance to support country implementation. The World Health Organization. Geneva.

WHO (2017).Leaving no adolescent behind in health and development in Indonesia. The World Health Organization. Geneva. https://www.who.int/life-course/partners/innov8/indonesia-adolescents/en/