Belajar
EN
Media Sosial dan Internet

Menangani tekanan media sosial

Di halaman ini

Menangani tekanan media sosial

Karena semakin majunya internet dan ponsel pintar, media sosial menjadi semakin mudah diakses. Hal ini sudah mengubah cara orang-orang dalam berinteraksi atau harapan mereka terhadap interaksi dengan orang lain. Hasilnya, banyak tekanan media sosial yang meningkat atau beradaptasi di dalam media sosial. Fenomena ini dikenal sebagai tekanan media sosial yang, jika tidak ditangani, bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental seseorang.

Apa itu tekanan media sosial?

Tekanan media sosial merujuk pada saat seseorang merasa tertekan untuk menyesuaikan kepribadian, gaya hidup, atau kegiatan media sosial mereka dengan apa yang mereka kira akan memberikan lebih banyak penerimaan atau penghargaan terhadap mereka. Penghargaan ini bisa mencakup kekaguman, peningkatan interaksi dengan teman, atau peningkatan jumlah suka, bagikan, ikuti, dan komentar.

Banyak dari pandangan ini berdasarkan pada standar yang tidak realistis, karena media sosial mempunyai kemampuan lebih besar untuk menyuguhkan konten instan dan luar biasa.

Seperti apakah tampak dari tekanan media sosial?

Kamu mungkin terpengaruh oleh tekanan media sosial jika kamu:

  • Merasa tertekan untuk meningkatkan penggunaan media sosial
  • Merasa tertekan untuk membuat suatu konten yang akan mengundang banyak orang untuk menyukai, menerima, atau berinteraksi dalam konten tersebut
  • Merasa tertekan untuk berpikir, bertindak, terlihat, atau berbicara seperti orang-orang populer atau orang-orang yang sangat dihargai di media sosial

Bagaimana cara tekanan media sosial mempengaruhi kesehatan mental?

Keinginan untuk dikagumi atau dihargai dalam media sosial itu normal, namun, hal ini bisa menjadi masalah ketika memicu pikiran dan perilaku yang tidak sehat.

Contohnya, konsumsi yang terlalu sering terhadap standar yang tidak realistis dapat memicu seseorang untuk merasa kekurangan terhadap gaya hidup atau penampilan diri sendiri.

Tekanan untuk selalu merasa terhubung melalui media sosial dapat juga memicu seseorang merasa menggebu-gebu, atau sebaliknya, terisolasi dari interaksi personal yang sebenarnya.

Konten baru dan notifikasi diketahui dapat meningkatkan zat semacam dopamin. Zat ini mengaktifkan sistem penghargaan pada otak dan meningkatkan perasaan senang yang mana dapat menyebabkan kecanduan serta memicu penggunaan media sosial yang tidak sehat.

Mengurangi resiko tekanan media sosial

Beberapa cara untuk mengurangi resiko tekanan media sosial dapat meliputi:

  • Menghindari dan tidak mengikuti (unfollowing) konten yang dapat memberimu tekanan
  • Mengingatkan diri bahwa konten media sosial tidak merepresentasikan kehidupan nyata
  • Membatasi waktu yang dihabiskan untuk media sosial
  • Meniadakan notifikasi dari suka, mengikuti, pesan, atau komentar jika memungkinkan
  • Menghargai kekaguman dan penerimaan diri sendiri di atas kekaguman dan penerimaan terhadap orang lain

Sumber

Äberg, E., Koivula, A., & Kukkonen, I. (2020). A feminine burden of perfection? Appearance-related pressures on social networking sites. Telematics and Informatics, 46. 10.1016/j.tele.2019.101319

Abi-Jaoude, E., Naylor, K. T., & Pignatiello, A. (2020). Smartphones, social media use and youth mental health. CMAJ, 192(6), E136-41. 10.1503/cmaj.190434

Fardouly, J., Pinkus, R. T., Vartanian, L. R. (2017). The impact of appearance comparisons made through social media, traditional media, and in person in women's everyday lives. Body Image, 20, 31-39. 10.1016/j.bodyim.2016.11.002

Jacobson, R. (n.d.). Social Media and Self-Doubt. Child Mind Institute. https://childmind.org/article/social-media-and-self-doubt/

Lee, M., & Lee, H. H. (2019). Effects of celebrities' social media pressure on internalization and muscularity dissatisfaction among men. Journal of the Korean Society of Clothing and Textiles, 43(4), 549-561. 10.5850/JKSCT.2019.43.4.549

Muench, F. (2014). The new Skinner Box: Web and mobile analytics. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/au/blog/more-tech-support/201403/the-new-skinner-box-web-and-mobile-analytics

Ross, S. (2019). Being real on fake instagram: Likes, images, and media ideologies of value. Journal of Linguistic Anthropology, 29(3), 359-374. 10.1111/jola.12224