Belajar
EN
Kesehatan Mental Sehari-hari

Wabah COVID-19

Di halaman ini
Sumber

Apa dampak wabah COVID-19 terhadap kesehatan mental?

COVID-19 memiliki dampak yang berbeda-beda kepada setiap individu. Namun secara umum, wabah ini memiliki dampak terhadap kesehatan mental di tingkat komunitas. Jumlah orang-orang yang mengalami rasa panik, takut, stress, cemas, dan depresi meningkat karena terjadinya ketidakpastian keadaan, isolasi secara sosial, dan perubahan gaya hidup.

Dampak psikososial negatif dari wabah COVID-19 mungkin dirasakan semua orang tapi dalam tingkat yang berbeda-beda. Beberapa kelompok tertentu seperti anak sekolah, mahasiswa, dan orang-orang yang terkena PHK lebih rentan dibandingkan dengan orang-orang lainnya.

Perubahan kondisi lingkungan yang drastis dan cepat dapat menjadi pemicu bagi orang-orang dengan kondisi kesehatan mental tertentu.

Dapat dibayangkan betapa frustasinya orang-orang yang mengalami gangguan kecemasan atau Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) dalam wabah ini. Dampak dari wabah dapat memicu gejala depresi menengah-berat pada beberapa orang. Bagi seseorang, memiliki gangguan kesehatan mental sudah sangat sulit dan terjadinya wabah ini mengakibatkan ketakutan serta kecemasan tambahan bagi orang-orang tersebut.

Jadi, pastikan untuk menghubungi teman-teman kalian yang kira-kira mengalami dampak yang lebih buruk akibat wabah ini. Bertanya mengenai kabar mereka akan membuat mereka merasa lebih baik.

Melalui karantina wilayah (lockdown) dan menjaga jarak (social distancing)

Karantina wilayah dan menjaga jarak dibutuhkan untuk mengurangi laju penyebaran COVID-19. Tentu saja kondisi ini mengakibatkan perubahan terhadap kehidupan kita sehari-hari.

Bagaimana dampak karantina wilayah terhadap kesehatan mental?

Berada dalam karantina wilayah atau isolasi mandiri dapat mempengaruhi kondisi kesehatan mental dalam berbagai aspek.

  • Perubahan rutinitas
    Kegiatan yang dulu bebas dilakukan seperti pergi ke mall, gym, atau sekedar pergi ke cafe sekarang sudah tidak bisa dilakukan lagi. Hal ini bisa menimbulkan rasa frustasi karena perubahan aktivitas sehari-hari.
  • Rasa khawatir akan ketidakpastian
    Kekhawatiran terkait kondisi keuangan, progress akademik, bosan karena tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa, hingga ketakutan akan terinfeksi bisa terasa mengganggu.
  • Berada jauh dari teman-teman dan keluarga
    Tentu saja berada jauh dari orang-orang yang biasa kita temui dan tidak bisa melakukan apa yang biasanya kita lakukan pasti mengakibatkan rasa frustasi. Isolasi dalam waktu yang lama bisa berdampak negatif terhadap kesehatan mental, jadi pastikan untuk tetap berkomunikasi dengan teman dan keluarga.

Bagaimana cara melewati social distancing atau isolasi di rumah?

Tidak bisa bertemu siapapun dan dimanapun bisa terasa membosankan dan frustasi. Tapi, mengingat pentingnya aturan pemerintah yang diterapkan untuk menurunkan laju penyebaran COVID-19, penting sekali untuk tetap di rumah. Jika tidak, kamu berpotensi untuk terinfeksi ataupun menginfeksi orang lain.

Di bawah ini merupakan beberapa hal yang bisa meringankan pikiran kamu ketika menjalankan social distancing:

  • Mengerti alasan dibalik kebijakan social distancing
    Mengerti alasan kenapa kamu harus tetap di rumah dapat meringankan pikiran kamu dari rasa cemas. Dengan tetap di rumah, kamu bisa mengurangi laju penyebaran wabah sementara vaksin dan pengobatan yang dibutuhkan masih dikembangkan. Kamu juga sudah berkontribusi dalam komunitas tempat kamu berada dan menolong mereka yang tidak bisa bekerja di rumah.
  • Pastikan kamu mendapat informasi yang baik dan terpercaya
    Akses informasi dari sumber yang terpercaya seperti WHO, pemerintah daerah, atau kementerian kesehatan. Informasi yang salah dapat memperburuk keadaan!
  • Tetap berkomunikasi dan melakukan self-care
    Selama social distancing dan karantina mandiri, penting untuk kita tetap berkomunikasi dan menjaga hubungan sosial. Melakukan self-care seperti mindfulness, meditasi, atau sekedar beristirahat juga tidak kalah penting.

Berikut merupakan beberapa hal yang bisa kamu lakukan selama social-distancing:

  • Membersihkan rumah
    Produktif artinya bukan selalu bekerja ya! Membersihkan rumah seperti menyapu lantai, membersihkan kamar mandi, memilah tumpukan barang yang sudah lama tidak dipakai serta memulai menata ulang rumah merupakan kegiatan produktif yang bisa dilakukan.
  • Mencari hobi baru
    Mengapa tidak mulai membaca buku yang kamu beli tapi tidak kamu baca? Kamu juga bisa mencari hobi baru seperti mulai belajar piano atau coding secara otodidak. Banyak sumber online yang bisa kamu jadikan referensi untuk belajar!
  • Melakukan Self-Improvement
    Memperbaiki pola tidur, merencanakan diet uang lebih sehat, atau mulai berolahraga bisa kamu lakukan untuk kamu jadikan rutinitas sehari-hari. Kalau mesin saja butuh perawatan apalagi kamu! Anggap ini sebagai salah satu kegiatan memperbaiki diri sehingga kamu bisa beraktivitas lebih baik di masa depan.
  • Melakukan meditasi
    Penelitian menunjukkan bahwa meditasi dapat meningkatkan suasana hati dan meredakan stres, terutama selama pandemi ini. Cobalah untuk melatih mindfulness atau bermeditasi.

Tetap berkomunikasi selama wabah COVID-19 terjadi

Selama social distancing dan karantina mandiri, kita sering lupa pentingnya untuk tetap berkomunikasi dan membangun hubungan sosial.

Karena kebijakan karantina wilayah dan social distancing, tentu saja kegiatan bersosialisasi kita menjadi terbatas. Tanpa disadari, kita mungkin mengalami rasa kesepian.

Walaupun terlihat biasa saja, kesepian bisa menjadi ancaman yang cukup serius. Kesepian secara fisik maupun mental akan mempengaruhi kesehatan mental kita. Hal ini diasosiasikan dengan hormon stress. Ketika kita stress sistem imun kita akan menjadi lebih lemah.

Beberapa dari kita merasa nyaman dengan sendirian, tapi penting juga untuk memperhatikan apakah kamu kekurangan interaksi sosial. Jadi jangan lupa ya sesekali untuk kontak keluarga dan teman kamu!


Tetap terhubung dengan teman dan keluarga

Lakukan aktivitas dengan keluarga atau teman kos di tempat tinggalmu! Walaupun beberapa dari kita mungkin tinggal sendiri dan jauh dari keluarga, mengingat berkumpul secara fisik tidak memungkinkan, gunakan komunikasi jarak jauh seperti telepon atau internet untuk tetap terhubung!

Berikut merupakan cara bagaimana kamu bisa tetap terhubung lewat aktivitas online di internet:

  • Melakukan conference call atau video call dengan teman dan keluarga Play online games together
  • Mengunduh chrome extension dan melakukan Youtube Party atau Netflix Party
  • Berolahraga bersama
  • Meditasi bersama
  • Belajar bersama secara online

Dengan melakukan hal-hal diatas, kamu bisa mengetahui kabar terbaru orang-orang yang kamu cintai dan kamu bisa merasa lebih dekat dengan mereka.


Pentingnya mengatur penggunaan sosial media dan membaca berita

Ada banyak sekali informasi terkait wabah COVID-19. Seringkali, informasi yang kamu dapatkan menunjukkan betapa kacaunya situasi di sekitar kamu. Informasi seperti ini dapat membuat kamu merasa cemas. Tidak apa-apa apabila kamu ingin istirahat dari melihat berita atau sosial media.

Penting juga untuk tahu kalau informasi yang kamu dapatkan benar dan terpercaya. Tidak semua informasi yang beredar di Whatsapp benar ya! Di akhir artikel nanti akan ada beberapa link yang menyediakan informasi terpercaya.

Bekerja dari rumah

Karena kebijakan karantina wilayah dan social distancing, banyak sekolah, universitas, dan perusahaan beralih menggunakan metode bekerja secara online sehingga memungkinkan kita untuk bekerja dari rumah. Tetapi, transisi dari bekerja di kantor menjadi bekerja dari rumah mungkin tidak mudah untuk dilakukan.


Apa dampak bekerja dari rumah terhadap kesehatan mental?

Bekerja dari rumah mungkin terdengar menyenangkan bagi beberapa orang, tetapi bisa jadi beberapa orang lainnya merasa frustasi. Kurangnya pengawasan bisa membuat kamu menjadi tidak termotivasi dan membuat kamu menunda-nunda pekerjaan.

Kurangnya interaksi dengan pekerja lainnya dapat menyebabkan kekurangan interaksi sosial serta terjadinya miskomunikasi dalam bekerja. Hal ini bisa menyebabkan stress yang mungkin sudah cukup kamu rasakan.

Bagaimana cara menghindari menunda-nunda pekerjaan (procrastination) dan tetap produktif?

  • Tetap terorganisir
    Manajemen waktu adalah kunci! Rencanakan waktu kamu secara efektif dan buat daftar prioritas pekerjaan yang harus kamu lakukan.
  • Meminimalisasi gangguan
    Akan sangat sulit untuk bekerja apabila banyak distraksi atau gangguan dalam rumah! Matikan pemberitahuan sosial media, hindari bekerja dekat TV/radio, serta hindari membuka Youtube atau aplikasi streaming lainnya.
  • Gunakan insentif
    Buat target dan berikan insentif untuk dirimu sendiri. Misalnya istirahat selama 10 menit atau sebatang coklat.
  • Mengatur kembali prioritas
    Buat daftar dan atur kembali semua hal yang harus kamu lakukan serta prioritasnya. Dengan begini, kamu bisa mengatur mana yang harus kamu selesaikan lebih dulu tanpa mengorbankan kewajiban dan kebutuhanmu ketika berada di rumah.
  • Buat batas waktu (deadline)
    Dengan membuat target atau batas waktu kamu bisa melihat kamu sudah sampai mana dan mencapai tujuanmu.

Link-link Penting

Wabah COVID-19 memang menakutkan, tapi mungkin tidak semenakutkan yang kamu kira. Kamu bisa memperlambat penyebaran wabah dan mengubah perasaan kamu terhadap apa yang terjadi. Tetap hati-hati dan jaga diri ya semuanya, dan siapa sangka orang tua kita benar soal pentingnya mencuci tangan?

Berikut merupakan link yang berguna dan terpercaya:

Blumberga, S., & Pylinskaya, T. (n.d.). Remote work: Advantages and disadvantages on the example in IT organization. NORDSCI Conference, 275-282.

Brooks, S. K., Webster, R. K., Smith, L. E., Woodland, L., Wessely, S., Greenberg, N., & Rubin, G. J. (2020). The psychological impact of quarantine and how to reduce it: Rapid review of the evidence. The Lancet, 395(10227), 912-920. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30460-8

Glaser, R., Kiecolt-Glaser, J. K., Speicher, C. E., & Holliday, J. E. (1984). Stress, loneliness, and changes in herpesvirus latency. Journal of Behavioral Medicine, 8(3), 249-260.

Hawkley, L. C., Masi, C. M., & Berry, J. D., & Cacioppo, J. T. (2006). Loneliness Is a Unique Predictor of Age-Related Differences in Systolic Blood Pressure. Psychology and aging. 21(1), 152-164. doi:10.1037/0882-7974.21.1.152

Jalagat, R. C., Jr., & Jalagat, A. M. (2019). Rationalizing remote working concept and its implications on employee productivity. Global Journal of Advanced Research, 6(3), 95-100.

Lane, J. D., Seskevich, E. J., & Pieper, C. F. (2007). Brief meditation training can improve perceived stress and negative mood. Alternative Therapies in Health and Medicine, 13(1), 38-44.

Lim, G. Y., Tam, W. W., Lu, Y., Ho, C. S., Zhang, M. W., & Ho, R. C. (2018). Prevalence of depression in the community from 30 countries between 1994 and 2014. Scientific Reports, 8(1), 1. doi:10.1038/s41598-018-21243-x

Moukaddam, N & Shah, A. (2020). Psychiatrist beware! The impact of COVID-19 and pandemics on mental health. Psychiatric Times, 37(3), 11-12.

Mowbray, H. (2020). Letter from China: covid-19 on the grapevine, on the internet, and in commerce. BMJ, 1-2. doi: https://doi.org/10.1136/bmj.m643

Petric, D. (2020). Negative mental health effects of COVID-19 pandemic and panic. doi:10.13140/RG.2.2.11798.09281

Toneatto, T., & Nguyen, L. (2007). Does mindfulness meditation improve anxiety and mood symptoms? A review of the controlled research. The Canadian Journal of Psychiatry, 52(4), 260–266.

Wang, C., Pan, R., Wan, X., Tan, Y., Xu, L., Ho, C., Ho, R. C. (2020). Immediate psychological responses and associated factors during the initial stage of the 2019 coronavirus disease (COVID-19) epidemic among the general population in China. Adult Psychiatry, 17(5), 1705-1729. https://doi.org/10.3390/ijerph17051729

World Health Organization. (2020). Q&A on coronaviruses (COVID-19). Retrieved from https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses

World Health Organization. (2020). Coronavirus disease (COVID-19) pandemic. Retrieved from https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019

Kembali ke atas