๏“
Belajar
EN
๏ฃ
Kesehatan Mental Sehari-hari

Maskulinitas dan Kesehatan Mental

Di halaman ini
๏ƒš
Sumber

Apa itu maskulinitas?

Maskulinitas mengacu pada karakteristik yang biasanya dikaitkan dengan/atau yang diharapkan dari pria. Karakteristiknya meliputi:

  • Kemandirian
  • Pencapaian
  • Ekspresi emosional yang terbatas
  • Keberanian
  • Ketegasan
  • Kepemimpinan
  • Kekuatan

Karakteristik-karakteristik ini tidak selalu berbahaya, tetapi ketika terlampau tinggi dapat menimbulkan konsekuensi yang berbahaya pada emosi dan kesehatan mental pria.

โ€

Apa itu maskulinitas toksik dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan mental?

Maskulinitas toksik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan dampak negatif dari sikap berpegang teguh pada karakteristik maskulin di atas, ditambah dengan penekanan pada kejantanan yang didefinisikan dengan kekerasan, seks, status, dominasi, ketabahan, dan agresi.

Penelitian menunjukkan bahawa pandangan ini biasanya diperkuat selama masa kanak-kanak dan sepanjang hidup. Beberapa frasa yang menunjukkan tekanan yang diberikan pada pria agar memenuhi sifat-sifat ini adalah:

  • Jadilah priaโ€”kamu bisa mengatasinya!
  • Pria tidak menangis
  • Pantang mundur!

Ungkapan-ungkapan semacam itu dapat secara negatif mempengaruhi bagaimana pria berperilaku di kemudian hari. Mereka mungkin merasa harus menghindari untuk mengekspresikan emosi mereka alih-alih mencari bantuan yang dapat menyebabkan mekanisme koping yang tidak sehat seperti terlalu banyak bekerja, kekerasan, dan penyalahgunaan obat-obatan. Mekanisme koping yang berbahaya ini pada akhirnya dapat menyebabkan depresi dan gangguan kecemasan.

Meskipun wanita didiagnosis menderita depresi dua kali lipat daripada pria, namun pria 3,5 kali lebih mungkin untuk melakukan bunuh diri. Ini menunjukkan bahwa pria cenderung tidak mencari bantuan ketika mereka membutuhkannya serta menyoroti betapa merugikannya pangandan-pandangan maskulinitas tertentu sehingga dapat mempengaruhi kehidupan para pemuda.

Maskulinitas toksik juga dapat membahayakan keluarga dan teman-teman mereka yang terpengaruh. Maskulinitas toksik dapat dikaitkan dengan kekerasan dalam rumah tanggaโ€”laki-laki dalam sebuah hubungan mungkin berusaha untuk mendominasi dan mengendalikan pasangan mereka, mengancam, atau bahkan bertindak dengan kekerasan jika pasangannya tidak mau bekerja sama.

โ€

Strategi untuk berubah

  • Mengubah cara berpikir kita bahwa maskulinitas dapat membantu mendorong pria untuk mengekspresikan emosi mereka secara lebih terbuka dan mencari bantuan ketika diperlukan.
  • Mengekspresikan emosi dan mencari bantuan itu normal; menunjukkan empati dan dorongan kepada mereka yang mengalami kesulitan adalah langkah penting untuk meningkatkan kesehatan mental pada pemuda.
  • Berbicara tentang emosi dan tidak mempermalukan orang-orang yang tidak hidup dengan pandangan tradisional 'maskulinitas' adalah langkah pertama untuk menantang maskulinitas toksik.
  • Pada akhirnya, mengubah gagasan maskulinitas dan maskulinitas toksik akan membutuhkan waktu karena hal tersebut merupakan nilai budaya dan memerlukan sedikit tekanan untuk mengurangi penyebaran pandangan ini sehingga bisa turut mengurangi bahayanya.

โ€

American Psychological Association, Boys and Men Guidelines Group. (2018). APA guidelines for psychological practice with boys and men. Retrieved from http://www.apa.org/about/policy/psychological-practice-boys-men-guidelines.pdf

Iwamoto, D. K., Brady, J., Kaya, A., & Park, A. (2018). Masculinity and Depression: A Longitudinal Investigation of Multidimensional Masculine Norms Among College Men. American journal of men's health, 12(6), 1873โ€“1881. doi:10.1177/1557988318785549

Mahalik, J. R., Good, G. E., & Englar-Carlson, M. (2003). Masculinity scripts, presenting concerns, and help seeking: Implications for practice and training. Professional Psychology: Research and Practice, 34(2), 123-131.

Silver, K. E., Levant, R. F., & Gonzalez, A. (2018). What does the psychology of men and masculinities offer the practitioner? Practical guidance for the feminist, culturally sensitive treatment of traditional men. Practice Innovations, 3(2), 94-106.

Suh, J., Ruffins, S.,Edward Robins, C., J. Albanese, M & Khantzian, E. (2008). Self-medication hypothesis: Connecting affective experience and drug choice (Vol.25)

United States Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention. (2015). National suicide statistics. Retrieved from https://www.cdc.gov/violenceprevention/suicide/statistics/

๏„‚
Kembali ke atas
๏„‚