Belajar
EN
Masyarakat dan Kesehatan Mental

Cara Mengatasi Kecemasan Sosial

Konten ini dikembangkan bersama yang telah memberikan kontribusi keahlian mereka melalui proses peer review dan masukan khusus untuk memastikan informasi yang komprehensif dan akurat.

Di halaman ini
Sumber

Mengelola gejala fisik

Gejala fisik dari kecemasan sosial, seperti napas yang cepat, otot yang tegang, dan jantung berdebar, bisa dikelola dengan beberapa strategi relaksasi berikut:

Pernapasan Terkontrol

Saat kita merasa cemas, laju napas kita menjadi cepat dan dangkal. Perubahan pola napas ini bisa membuat kita merasa pusing atau ringan kepala. Maka dari itu, mengarahkan perhatian untuk mengendalikan napas bisa membantu mengurangi rasa cemas sepanjang acara atau situasi yang memicu kecemasan.

Relaksasi Otot Progresif

Strategi ini melibatkan menegangkan dan melemaskan otot secara sistematis di seluruh tubuh untuk membantu mengurangi ketegangan otot yang disebabkan oleh kecemasan.

Membuat Exposure Stepladder

Secara naluriah, kita cenderung menghindari situasi yang memicu kecemasan dan membuat kita merasa terancam. Namun, ketika kamu menghindari situasi-situasi tersebut, kamu kehilangan kesempatan untuk menguji apakah prediksi negatifmu benar adanya. Meskipun penghindaran bisa memberi rasa lega jangka pendek, hal ini justru meningkatkan kecemasan dalam jangka panjang dan membuatmu semakin sulit menghadapi situasi serupa di masa depan.

Ketika penghindaran tidak memungkinkan, banyak orang beralih ke perilaku pengaman, yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan saat itu juga. Misalnya, seseorang dengan kecemasan sosial mungkin memilih duduk di pojok belakang kelas agar tidak terlalu terlihat. Meskipun ini bisa meredakan kecemasan sementara, terlalu bergantung pada perilaku pengaman justru menghambat proses pemulihan jangka panjang—terutama saat perilaku tersebut tidak bisa dilakukan.

Apa itu Exposure Therapy?

Perilaku penghindaran dan pengaman dapat dikurangi melalui terapi paparan atau exposure therapy, yang melibatkan:

  1. Mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan dan biasanya dihindari
  2. Memberi peringkat situasi tersebut dari yang paling ringan hingga paling berat tingkat kecemasannya
  3. Secara bertahap menghadapi situasi-situasi tersebut dari waktu ke waktu

Penelitian menunjukkan bahwa setiap kali melakukan paparan, seseorang akan belajar bahwa:

  • Kecemasan akan berkurang seiring waktu
  • Kecemasan awal akan menurun setelah beberapa kali paparan
  • Prediksi negatif jarang terbukti benar, dan jika pun terjadi, hasilnya tidak seburuk yang dibayangkan

Cara Membuat Exposure Stepladder

Kalau kamu belum punya akses ke terapis, kamu tetap bisa mencoba beberapa komponen terapi paparan sendiri dengan membuat Exposure Stepladder (Tangga Paparan).

Langkah 1: Tentukan tujuan utama

Mulailah dengan mendefinisikan secara jelas hal yang ingin kamu capai tetapi saat ini terasa terlalu berat untuk dilakukan

Contoh: “Aku ingin bisa datang ke acara sosial dan ngobrol dengan orang baru dengan percaya diri.”

Langkah 2: Buat daftar situasi yang biasanya kamu hindari

Pikirkan situasi atau perilaku yang sering kamu hindari karena kecemasan sosial. Contohnya:

  • Menghindari acara dengan banyak orang
  • Mengaku sakit agar tidak masuk kerja padahal sebenarnya tidak sakit
  • Membatalkan rencana secara mendadak
  • Meninggalkan acara lebih awal
  • Menghindari untuk berpamitan
  • Menghindari orang yang percaya diri atau memiliki otoritas
  • Berpura-pura tidak melihat seseorang yang dikenal
  • Menghindari aktivitas publik seperti makan, menulis, atau ke toilet
  • Tidak menyuarakan pendapatmu
  • Menunggu orang lain memulai percakapan

Langkah 3: Beri peringkat tingkat kecemasan untuk tiap situasi

Beri skor untuk tiap situasi dari 0 (tidak ada kecemasan) hingga 100 (kecemasan ekstrem).

Langkah 4: Mulai dari yang paling ringan

Mulailah dari tugas dengan skor kecemasan terendah dan usahakan untuk menghadapi situasi tersebut 2-3 kali seminggu sampai tidak lagi menimbulkan kecemasan signifikan. Setelah itu, lanjut ke langkah berikutnya di tangga paparan.Sebelum melakukan paparan, tuliskan prediksi hasilnya. Setelah selesai, catat apa yang benar-benar terjadi. Ini akan membantumu menantang keyakinan negatif dan melacak perkembanganmu dari waktu ke waktu.

Contoh Exposure Stepladder:

Tujuan: Berteman dengan teman-teman kampus
Tingkat kecemasan Tugas
100 Mengatur dan menghadiri acara jalan-jalan bersama teman-teman kampus
80 Mengajak teman sekelas untuk belajar bersama
70 Mengajak teman sekelas untuk ngopi bareng
60 Meminta teman sekelas untuk menambahkan aku di Facebook
50 Memulai percakapan sambil menunggu kelas dimulai
30 Datang lebih awal ke kelas dan duduk di tengah kelas
10 Menjaga kontak mata dengan dosen dan teman sekelas
5 Menanyakan kabar hari ini ke kasir toko

Apa tugas aku? Mengajak teman sekelas untuk ngopi bareng
Apa prediksi aku? Aku tidak akan tahu harus bicara apa, kami akan duduk dalam diam dan dia akan menganggap aku bodoh dan menyesal menerima ajakan aku
Apa hasilnya? Awalnya aku merasa cemas, tapi aku tetap fokus untuk melanjutkan percakapan. Aku bisa sedikit bercerita tentang diriku dan teman sekelasku terlihat tertarik dengan apa yang aku katakan.
Kapan aku akan berlatih lagi? Mengajak teman sekelas lain minggu depan hari Selasa setelah kelas
Apakah aku siap untuk langkah berikutnya? Belum, aku masih belum cukup percaya diri dan rasa cemasku masih butuh waktu lama untuk mereda saat berada di situasi itu.

Mengubah Pola Pikir yang Tidak Membantu

Pola pikir yang tidak membantu, atau dikenal juga sebagai distorsi kognitif, dapat meningkatkan kecemasan sebelum, saat, dan setelah acara sosial. Pikiran-pikiran yang terdistorsi ini seringkali muncul secara otomatis tanpa kamu sadari, sehingga penting untuk belajar mengenali dan menggantinya dengan alternatif yang lebih seimbang dan realistis.

Contoh pola pikir yang tidak membantu:

Katastrofisasi
Melebih-lebihkan kemungkinan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Contoh: “Aku pasti lupa apa yang harus aku katakan saat presentasi dan gagal total di mata kuliah ini!”)
Membaca Pikiran
Menganggap tahu apa yang orang lain pikirkan tentang kamu (Contoh: “Dia pasti menganggap aku bodoh.”)
Meramal Masa Depan
Mengasumsikan hasil negatif akan terjadi tanpa bukti nyata
Pikiran Hitam-Putih
Melihat segala sesuatu dalam dua ekstrem (baik/buruk) tanpa mempertimbangkan kemungkinan di antara keduanya (Contoh: “Presentasiku gagal total atau sempurna.”)
Filter Mental
Hanya fokus pada satu hal buruk dan mengabaikan yang positif (Contoh: “Aku dapat banyak pujian, tapi aku tetap merasa buruk karena ada satu orang yang pergi lebih awal.”)
Personalisasi
Menyalahkan diri sendiri untuk sesuatu yang mungkin bukan salahmu sama sekali

Dengan memantau kapan pikiran-pikiran ini muncul dan seberapa sering, kamu akan bisa mengelolanya dan menantangnya dengan lebih efektif saat mereka terjadi. Menantang pikiran terdiri dari tiga langkah:

Langkah 1: Identifikasi Pikiran

Gunakan Model ABC untuk menguraikan proses berpikirmu. Metode ini mengingatkan kita bahwa bukan situasinya yang menyebabkan tekanan emosional, tapi interpretasi kita terhadap situasi tersebut. Misalnya:

A (Activating Event / Peristiwa Pemicu) Dibagi ke dalam kelompok untuk mendiskusikan bacaan kuliah
B (Belief / Keyakinan) “Kalau aku mengutarakan pendapatku, teman-teman akan menganggap aku bodoh.”
C (Consequence / Konsekuensi) Menghindari kontak mata dan sibuk dengan ponsel untuk menghindari berbicara, karena merasa malu dan rendah diri

Langkah 2: Tantang Pikiran

Gunakan pertanyaan-pertanyaan ini untuk menantang pikiranmu:

  • Apa bukti yang mendukung pikiran ini?
  • Apa bukti bahwa pikiran ini tidak benar?
  • Jenis pola pikir tidak membantu apa yang sedang terjadi di sini?
  • Apa penjelasan alternatif yang mungkin?
  • Apa yang akan aku katakan kepada teman jika mereka punya kekhawatiran yang sama?
  • Apa hal terburuk yang bisa terjadi? Apakah itu akan seburuk yang aku bayangkan?
  • Kalau hal terburuk terjadi, apa yang bisa aku lakukan untuk mengatasinya?
  • Jika sesuatu yang buruk benar-benar terjadi, apakah itu masih akan penting dalam seminggu/sebulan/setahun ke depan?

Contoh struktur:

Pikiran Tidak Membantu: Orang-orang akan menganggap aku bodoh kalau aku menyampaikan pendapatku
Pertanyaan untuk Menantang Pikiran Jawaban
Apa yang terjadi terakhir kali aku menyampaikan pendapatku? Meskipun pendapatku sebelumnya tidak sepenuhnya benar, teman-temanku tetap mendengarkan dengan hormat dan kemudian memberikan pendapat mereka sendiri. Setelah itu, kami lanjut berdiskusi tanpa membahas kesalahanku lebih jauh.

Langkah 3: Ganti dengan Pikiran yang Lebih Realistis

Setelah kamu menantang pikiran yang menyimpang tadi, tulislah interpretasi yang lebih seimbang dan realistis tentang situasinya. Misalnya, kamu bisa mengganti pikiran “semua orang memperhatikan betapa aku berkeringat” dengan “semua orang terlihat tertarik dengan presentasiku.”

Anderson, R., Saulsman, L., McEvoy, P., Fursland, A., Nathan, P., & Ridley, S. (2012). Building Body Acceptance: Overcoming Body Dysmorphic Disorder. Centre for Clinical Interventions.

Andony, L., Hills, S., Raykos, B., & Campbell, B. (2019). Caring less about your looks. Centre for Clinical Interventions.

Anxiety Canada. (2021). Challenge Negative Thinking. Anxiety Canada. https://www.anxietycanada.com/articles/challenge-negative-thinking/

Kozlowska, K., Walker, P., McLean, L., & Carrive, P. (2015). Fear and the Defense Cascade: Clinical Implications and Management. Harvard Review of Psychiatry, 23(4), 263–287. https://doi.org/10.1097/HRP.0000000000000065

Ma, X., Yue, Z.-Q., Gong, Z.-Q., Zhang, H., Duan, N.-Y., Shi, Y.-T., Wei, G.-X., & Li, Y.-F. (2017). The Effect of Diaphragmatic Breathing on Attention, Negative Affect and Stress in Healthy Adults. Frontiers in Psychology, 8. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.00874

This Way Up Clinic. (2021). Social Anxiety Lesson 2: Tackling Avoidance. This Way Up Clinic.

Whalley, M. (2019). Cognitive Distortions: Unhelpful Thinking Habits. Psychology Tools. https://www.psychologytools.com/articles/unhelpful-thinking-styles-cognitive-distortions-in-cbt/