Mendefinisikan Perfeksionisme
Perfeksionisme merujuk pada sifat kepribadian dimana individu memberikan tekanan besar pada diri sendiri untuk memenuhi standar yang sangat tinggi dan ditetapkan sendiri. Orang-orang dengan kecenderungan perfeksionis seringkali takut gagal atau melakukan kesalahan, dan mereka bisa menganggap bahkan kesalahan kecil sebagai cacat pribadi atau bukti ketidakmampuan.
Perfeksionis sering mengaitkan harga diri mereka langsung dengan kemampuan mereka untuk mencapai ekspektasi yang tidak realistis tersebut. Nilai diri mereka, dalam pandangan mereka sendiri, menjadi tergantung pada seberapa baik mereka tampil atau seberapa sempurna mereka mencapai tujuan mereka.
Meskipun perfeksionisme kadang-kadang terlihat sebagai kekuatan, seperti menjadi detail-oriented atau sangat termotivasi, perfeksionisme bisa menjadi berbahaya ketika mulai mengganggu kesejahteraan mental, hubungan pribadi, atau kehidupan profesional. Banyak perfeksionis yang tidak menyadari betapa maladaptif perilaku mereka sampai mereka mengalami tekanan besar, burnout, atau konflik dalam aspek penting kehidupan mereka.

Perfeksionisme Adaptif vs. Maladaptif
Ada dua jenis utama perfeksionisme: Adaptif dan Maladaptif.
Perfeksionisme Adaptif
Perfeksionis adaptif menetapkan tujuan yang tinggi namun tetap dapat dicapai untuk diri mereka sendiri. Mereka termotivasi, rajin, dan berusaha keras untuk mencapai keunggulan tanpa mengaitkan harga diri mereka pada hasil tersebut. Ketika menghadapi kegagalan atau tujuan yang tidak tercapai, mereka umumnya mampu merespons dengan belas kasih terhadap diri sendiri dan ketahanan, bukan dengan kritik diri yang keras.
Perfeksionisme Maladaptif
Sebaliknya, perfeksionis maladaptif menetapkan standar yang tidak masuk akal dan seringkali tidak realistis. Mereka cenderung terlalu terobsesi dengan kontrol, keteraturan, dan menghindari kesalahan. Ketika mereka gagal memenuhi ekspektasi mereka, mereka merespons dengan kritik diri yang intens, rasa bersalah, atau perasaan tidak berharga.
Perfeksionisme maladaptif yang tidak ditangani dengan baik sangat berkorelasi dengan berkembangnya:
- Kecemasan
- Depresi
- Burnout
- Kecenderungan obsesif-kompulsif
- Stres kronis
- Keinginan bunuh diri
- Gangguan makan
Bagaimana Perfeksionisme Dipertahankan?
Perfeksionisme dipertahankan melalui keberlangsungan aturan dan asumsi mendasar, standar yang tidak kenal ampun, perilaku perfeksionisme, dan pola pikir perfeksionistik.

Aturan dan Asumsi Mendasar
Ini adalah aturan dan panduan yang kaku serta tidak masuk akal yang dirasakan seseorang harus mereka patuhi. Meskipun aturan ini dimaksudkan untuk mencegah kegagalan atau penilaian negatif, aturan ini biasanya mustahil untuk dipertahankan, sehingga menyebabkan stres berkelanjutan dan kritik diri yang terus-menerus.
Cotoh:
- “Aku harus berhenti makan sebelum jam 8 malam, kalau tidak orang-orang akan berpikir aku tidak punya kemauan.”
- “Aku harus menyelesaikan seluruh pekerjaan mingguan sebelum sore ini, atau atasan akan menganggap aku tidak kompeten.”
- “Aku harus menjadi orang pertama yang tiba di perkuliahan, atau dosen akan berpikir aku malas.”
Standar yang Tidak Kenal Ampun
Ini adalah standar yang sangat tinggi dan harus dipenuhi dengan pengorbanan besar, seperti mengorbankan waktu tidur, waktu sosial, atau kesehatan.
Jika seseorang gagal memenuhi standar ini:
- Mereka menafsirkannya sebagai kegagalan pribadi atau kemalasan, bukan mempertanyakan apakah standar tersebut realistis.
- Mereka mungkin menghindari tugas di masa depan karena takut gagal lagi.
Jika standar berhasil dipenuhi:
- Mereka mengaitkan keberhasilan itu dengan keberuntungan, bukan dengan kemampuan diri sendiri.
- Mereka kemudian menaikkan standar lebih tinggi lagi untuk tugas berikutnya, melanjutkan siklus stres dan keraguan diri.
Perilaku Perfeksionis
Berikut adalah beberapa perilaku khas yang sering ditunjukkan oleh Perfeksionis Maladaptif:
Pola Pikir Perfeksionis
Perfeksionis seringkali memiliki bias kognitif yang membuat mereka terlalu fokus pada kekurangan mereka sambil mengabaikan kekuatan dan pencapaian mereka. Perspektif yang tidak seimbang ini dapat memperkuat keyakinan negatif tentang diri sendiri dan mempertahankan siklus perfeksionisme. Beberapa gaya berpikir tidak membantu yang umum ditemukan pada perfeksionis antara lain:
Berpikir Hitam-Putih
Melihat diri sendiri atau suatu situasi secara ekstrem, baik sebagai kesuksesan total atau kegagalan total, tanpa ruang untuk nuansa atau area abu-abu.
“Shoulding” dan “Musting”
Memberikan ekspektasi yang kaku dan tidak realistis pada diri sendiri atau orang lain, menggunakan pernyataan seperti "Aku harus selalu melakukannya dengan benar" atau "Aku tidak boleh pernah melakukan kesalahan".
Katastrofisasi
Membesar-besarkan masalah atau membayangkan skenario terburuk, bahkan ketika situasinya sebenarnya kecil atau masih bisa diatasi.
Melompat ke Kesimpulan
Mengasumsikan kamu tahu apa yang orang lain pikirkan (misalnya, "Mereka pasti berpikir aku tidak kompeten") atau memprediksi hasil negatif tanpa bukti konkret.