Pernah merasa butuh tempat untuk berbagi pikiran tentang topik2 yang berhubungan dengan kesehatan mental? 🤔
Seribu Tujuan mempersembahkan update terbaru: Mural ✨ sebuah ruang digital untuk mengutarakan suara dan pikiranmu
✨ Bagikan cerita dan pendatmu
💡 Dapatkan inspirasi dari pendapat orang lain
🌟 Menjadi bagian dari komunitas berpeduli kesehatan mental
Suaramu penting, dan punya tempat di sini. Kunjungi www.seributujuan.id/mural untuk menulis di mural bersama dengan ratusan orang lainnya! Mari lukis masa depan yang lebih cerah untuk kesehatan mental bersama-sama! 💚
“Saya tingkatkan ya dosisnya,” kata psikater yang menanganiku.
“Lagi?”, ujarku.
Aku sudah mengonsumsi 300 mg Lamictal dan 200 mg Lexapro. Dokter secara berkala meningkatkan dosis obatku sejak beberapa bulan yang lalu -yang awalnya dimulai dari 75 mg Lamictal dan 15 mg Lexapro. Sebelumnya aku sudah mengonsumsi Valdoxan dan sebelumnya lagi Lithium.
Setelah dari psikiater aku berjalan ke apotek. Asuransiku tidak menjamin pengobatan untuk kesehatan mentalku. Satu juta rupiah setiap bulan untuk membeli persediaan 300 mg Lamictal perharinya selama sebulan.
Setelah beberapa minggu mengonsumsi obat yang disarankan, keadaanku malah semakin memburuk. Pikiran untuk bunuh diri semakin menghantuiku. Pikiran itu semakin membuatku depresi sehingga aku tidak keluar rumah selama dua minggu, bersembunyi dalam kamarku. Berat badanku turun drastis dan bahkan aku tidak dapat menghadiri kelas. Aku bisa merasakan kondisi tubuhku yang semakin memburuk seiring dengan semakin aku mengabaikan telepon dari teman-teman yang khawatir. Bantalku basah karena aku menangis setiap malamnya dan semua hanya terlihat kabur dan samar.
Salah satu temanku memberanikan diri mengetuk pintu kamarku, memaksaku untuk keluar dari kamar. Walaupun dalam hati aku berharap dia membiarkanku di kamar saja lebih lama, aku sadar bahwa yang dia lakukan benar. Tetapi setelah dia pergi, aku kembali mengurung diri di kamar sepanjang hari. Perbedaannya hanya aku akan keluar kamar untuk makan, membayar hari-hari yang kulewatkan tanpa makan apapun.
Aku tidak terlalu terbuka kepada psikiater yang menanganiku soal efek samping dari obat yang diberikan sehingga ia percaya saja bahwa obat yang diberikan sudah tepat. Dipikir-pikir lagi, beliau bukan psikiater yang keras kepala atau bersikap sok dewasa, permasalahannya di aku yang terlalu takut untuk terbuka pada beliau. Lebih sedih lagi karena beliau juga sangat percaya Lamotrigine. Sejujurnya aku ingin segalanya bekerja sesuai dengan yang beliau percaya namun obat yang diberikan malah membuat segalanya semakin memburuk. beberapa malam kuhabiskan dengan minum, berdiri di tepi tebing, menyakiti diriku sendiri, dan meragu tentang apakah aku harus mengakhiri semua ini atau bertahan sedikit lebih lama lagi.
Ketika aku berjalan ke ruangan psikiater, aku hanya duduk dan tidak bicara soal obat yang tidak bekerja karena aku tidak ingin menyinggung perasaannya. Di sisi lain aku juga tidak ingin dia meningkatkan dosis obatku dan mengubah jenis obat yang sudah aku konsumsi. Keberhasilan obat hanya dapat dilihat setelah dua minggu atau lebih. Jarang sekali perubahan drastis dapat terlihat dan seperti obat-obat lain yang sudah pernah aku konsumsi, asumsi yang kupegang adalah pasti mereka semua bekerja dengan baik. Karena kamu merasa obat itu tidak bekerja, maka kamu akan mulai merasakan efek sampingnya.
Yang aku ingin kalian tahu lewat tulisan ini adalah perawatan atau pengobatan untuk kondisi kesehatan mental berbeda untuk setiap kondisi - yang berarti bergantung kepada siapa kamu dan kamu seperti apa. Bergantung pada apa yang berhasil dan bekerja pada kamu.
Buatku, menulis jurnal dan hal-hal yang kurasakan setiap hari sangat membantu walaupun terkadang hal itu memicu kondisi kesehatan mentalku. Meditasi tidak berhasil mengubah kondisi kesehatan mentalku walaupun beberapa orang merasa meditasi mengubah hidup mereka. Aku tidak merasa berolahraga membuatku merasa baik seperti yang psikolog harapkan walaupun secara ilmiah memang olahraga dapat menurunkan depresi. Beberapa mungkin merasa kelompok pendukung (support group) tidak membuat perubahan tapi sebaliknya itu alasan untukku terus tetap mencoba. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk bertemu dengan psikolog yang sekarang rutin kutemui dan walaupun perawatan yang diberikan tidak sempurna, itu lebih baik daripada obat-obat yang pernah aku konsumsi.
"Yang aku ingin kalian tahu lewat tulisan ini adalah perawatan atau pengobatan untuk kondisi kesehatan mental berbeda untuk setiap kondisi–yang berarti bergantung kepada siapa kamu dan kamu seperti apa. Bergantung pada apa yang berhasil dan bekerja pada kamu."
Kerjasama antara kamu dan psikiater sangat penting untuk dapat menentukan pengobatan yang tepat. Terbuka terkait dengan efek samping yang dirasakan dan apa yang kamu pikirkan terhadap mereka sangat penting hukumnya. Obat yang tidak bekerja bukan berarti kamu tidak dapat tertolong lagi.
Apabila obat yang sekarang kamu konsumsi tidak bekerja, maka kamu satu obat lebih dekat kepada perawatan yang tepat.
Aku harap aku tahu ini ketika aku menemui psikolog yang menyuruhku berolahraga atau Lamotrigine dosis tinggi, bukan berarti aku tidak dapat tertolong lagi.
Butuh bertahun-tahun untuk dapat menemukan psikolog, psikiater, kombinasi pengobatan, dan orang-orang yang saling mendukung untuk dapat menjadi diriku yang sekarang ini. Untuk kalian yang sedang berjuang di luar sana, menemukan pertolongan yang tepat adalah sebuah perjalanan dan sungguh, bertahanlah sedikit lagi setiap harinya untuk dapat melihat bahwa kondisimu akan segera membaik.
Dan berjanjilah bahwa kamu akan jujur pada dirimu sendiri tentang apa jenis pengobatan yang bekerja padamu dan apa yang tidak.
Pelajari depresi dan lebih lanjut tentang depresi dan bipolar di Seribu Tujuan