Baca dalam Bahasa Indonesia
Read in English

Sisi Lain It’s Okay to Not Be Okay: Toxic Inheritances!

It’s Okay to Not Be Okay, sebuah drama korea yang menceritakan kisah kekeluargaan menarik antara remaja dan orang tua bertema kesehatan mental. Mulai dari lokasi drama yang berada di sebuah rumah sakit jiwa bernama OK Mental Hospital hingga hampir seluruh pemainnya yang menderita gangguan mental. Salah satu pemain utama dengan latar belakang kehidupan yang epik yaitu Ko Moon Young. Seorang putri yang dibesarkan di sebuah kastil terpencil oleh sepasang suami istri yang terkenal. Ko Dae Hwan, seorang arsitek ternama dan Do Hui Jae, seorang penulis terkenal dengan karyanya "Pembunuhan Penyihir dari Barat". Sebagai gadis kecil, Ko Moon Young adalah sosok yang rapuh, tinggal terpencil membuatnya kesepian. Dalam kerapuhan dan kesepiannya, ia tumbuh besar dididik tanpa kasih sayang oleh ibunya yang berharap kelak anaknya akan menjadi seperti dirinya, yang diam-diam adalah seorang monster. Suatu hari Do Hui Jae membunuh seorang perempuan yang bekerja di kastil. Ko Dae Hwan yang mengetahuinya tak lama membunuh sang istri. Namun tanpa sengaja, putrinya melihat hal itu. Rasa takut akan masa depan putrinya menjadi monster seperti istrinya menghampirinya. Satu malam saat putrinya sedang tertidur, ia secara sadar mencekiknya. Ko Moon Young hampir meninggal malam itu. Singkat cerita, akhirnya Ko Dae Hwan dirawat di OK Mental Hospital selama bertahun-tahun lamanya, sedangkan Ko Moon Young bertumbuh mandiri menjadi seorang wanita cantik tapi berkepribadian antisosial, sombong, dan tidak kenal empati kepada orang lain.

Masa kecil Ko Moon Young yang sangat kelam, penuh kenangan akan didikan dingin ibunya dan trauma akan kematian ibunya di tangan ayahnya sendiri. Belum lagi, ayahnya berubah gila dan berusaha untuk mencelakakan dirinya. Warna warni kehidupan inilah yang membuat kesehatan mental Ko Moon Young dewasa sedemikian gelap. Secara tidak langsung, kesehatan mental orang tuanya sangat mempengaruhinya.

Dalam dunia nyata pun kisah ini kerap kali terjadi. Mungkin tidak nampak jelas, namun secara tidak sadar kehidupan setiap dari anggota keluarga kita sangat mempengaruhi kehidupan kita sendiri, terutama orang tua. 

Kesehatan mental orang tua mempengaruhi kesehatan mental remaja

Menurut studi, kesehatan mental orang tua berhubungan dengan menurunnya fungsi keluarga yang secara tidak langsung kemudian mempengaruhi perkembangan anak. Menurunnya fungsi keluarga diantaranya seperti bertambah banyaknya konflik, kurangnya kemampuan adaptasi dan kohesi serta pola tidak beraturan dalam perencanaan sehari-hari. Hal ini juga berhasil dibuktikan oleh sekelompok peneliti yang melakukan suatu penelitian terhadap 67 orang tua dengan gangguan mental. Dari semua keluarga dengan orang tua penderita gangguan mental, 38% keluarga mengalami disfungsi keluarga. 43% anak dari keluarga mengalami masalah kesehatan mental. Sebagai kesimpulan, fungsi keluarga dan kesehatan mental anak dalam keluarga dengan orang tua penderita gangguan mental berhubungan erat.

Kesehatan mental remaja dengan orang tua penderita gangguan mental: Kemungkinan negatif dan positif

Selama bertahun-tahun, telah banyak penelitian dilakukan seputar kesehatan mental anak dengan orang tua penderita gangguan mental. Sebagian besar hasil menunjukkan hasil yang berpengaruh negatif terhadap anak, tapi tidak sedikit juga yang berpengaruh positif.

Anak dengan orang tua penderita gangguan mental dapat ditemukan mempunyai gangguan. Anak dapat mempunyai masalah internalisasi seperti cemas dan depresi atau masalah eksternalisasi seperti agresi dan perilaku oposisi. Masalah internalisasi dan eksternalisasi biasanya dalam tingkat yang cukup tinggi ditambah lagi dengan adanya isolasi sosial. Selain itu, anak dihadapkan pada peningkatan risiko untuk mengalami kesehatan mental, fisik dan sosial yang buruk daripada anak dengan orang tua tanpa gangguan mental. Apalagi jika tidak ada faktor protektif, risiko ini dapat persisten sampai masa dewasa.

Namun demikian, sebaliknya juga dapat terjadi, beberapa peneliti menemukan anak dengan orang tua dengan gangguan mental akan mencari cara untuk membantu orang tua mereka. Anak lainnya menyatakan pengalaman merawat anggota keluarga dengan gangguan mental menghasilkan ikatan keluarga yang erat dan membuat diri mereka menjadi mandiri. Hidup dengan orang tua penderita gangguan mental tak selalu buruk, bahkan dapat menjadi pengalaman yang memicu kemungkinan faktor protektif atau penguat yang akan mempunyai dampak positif pada kehidupan anak. Faktor protektif tersebut diantaranya anak dapat mengalami peningkatan ketahanan, kecerdasan yang tinggi, kemampuan penyelesaian masalah yang adaptif, aktivitas sosial, self-understanding, dan kemampuan untuk meregulasi emosi.

Kenali TOXIC INHERITANCES!

Masalah kesehatan mental seorang anak yang tumbuh besar dengan orang tua penderita gangguan mental juga dapat diturunkan antargenerasi. Hal ini disebut toxic inheritances, yaitu sebuah proses dimana distorsi, keheningan, dan kekerasan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dapat memiliki dampak antargenerasi yang serius dalam keluarga dengan orang tua penderita gangguan mental. Sebuah riset menilai dari perspektif antargenerasi, menjelaskan bahwa orang tua tidak hanya memiliki peran formatif dalam menentukan perkembangan anaknya tapi juga memiliki pengaruh signifikan terhadap bagaimana cara anak mereka kelak mendidik anaknya. Oleh karena itu, kesehatan mental orang tua sangatlah penting dalam mendidik dan membesarkan anak yang sehat fisik dan mental.

Wiegand-Grefe, S., Sell, M., Filter, B., & Plass-Christl, A. (2019). Family Functioning and Psychological Health of Children with Mentally Ill Parents. International journal of environmental research and public health, 16(7), 1278. https://doi.org/10.3390/ijerph16071278

Patrick, P. M., Reupert, A. E., & McLean, L. A. (2019). "We Are More than Our Parents' Mental Illness": Narratives from Adult Children. International journal of env