Baca dalam Bahasa Indonesia
Read in English

Pengalaman Adiksi (Kecanduan)

Selama hidup, saya terus bergulat dengan adiksi terhadap dua hal: rokok dan marijuana. Kedua zat ini telah merusak tubuh dan pikiran saya serta menimbulkan beberapa masa terburuk dalam hidup saya. Di saat saya belajar untuk memahami, melawan, dan mengatasi adiksi ini, saya telah terdorong untuk berkembang dengan cara-cara yang tak pernah saya bayangkan. Tentunya, saya tidak pernah berharap untuk mengalami adiksi terhadap rokok dan marijuana,  namun ada pelajaran berharga dari pengalaman-pengalaman ini yang telah membentuk diri saya hari ini. Blog post kali ini merupakan usaha saya untuk membagikan apa yang saya pelajari mengenai adiksi dan bagaimana proses yang saya lalui.

Saya mendapati bahwa adiksi sangatlah berbahaya. Yang pada awalnya satu rokok sesekali, berubah dengan sangat cepat menjadi satu rokok per hari, lalu secara tiba-tiba saya mengalami adiksi secara keseluruhan. Tak seorang pun berniat untuk menjadi seorang pecandu, namun konsumsi sebuah zat yang dilakukan secara terus menerus dapat meningkatkan kecanduan, serta dapat terbentuk dengan sangat cepat, sehingga kebanyakan orang tidak menyadarinya. Saya bahkan tidak menyadari adiksi saya berkembang. Ketika kedua adiksi tersebut telah terbentuk sepenuhnya, akhirnya saya sadar apa yang telah terjadi terhadap diri saya. Karena sebuah adiksi terbentuk secara bertahap, sangatlah sulit untuk mengetahui bahwa sebuah adiksi sedang terbentuk. Tak ada yang merasa kecanduan hingga mereka menjadi seorang pecandu.

Ketika sebuah adiksi telah terbentuk, sangatlah sulit untuk meninggalkannya karena hal tersebut telah menjadi bagian dalam hidup. Adiksi dapat terjadi melalui cara-cara yang berbeda. Bagi saya sebagai pecandu marijuana, saya merasa tergantung secara emosional. Saya membutuhkannya untuk merasa normal, saya juga tidak yakin bisa bertahan hidup jika saya tidak merokok. Dalam waktu terburuk saya, saya sama sekali tidak bisa membayangkan masa depan saya tanpa merokok marijuana sepanjang waktu. Saat saya menyadari bahwa saya kecanduan dan mulai melawannya, saya sadar bahwa saya menggunakannya untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif yang kuat. Untuk menghadapi adiksi saya, saya harus menghadapi dan mengalahkan perasaan-perasaan tersebut. Hal ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa mengalahkan adiksi sangatlah sulit. Ketika sebuah adiksi digunakan untuk menyembunyikan sesuatu, terdapat dua hal yang harus dilalui seseorang untuk menyembuhkan dirinya dengan benar. Rasanya seperti ditendang ketika sedang jatuh, dan ketika telah berada di titik paling rendah tiba-tiba ada masalah lain yang harus dihadapi.

Saya merasa bahwa berhenti merokok merupakan hal yang sangat sulit. Bagi saya bagian yang paling sulit dari berhenti merokok adalah kecenderungan sosial untuk merokok. Kebanyakan teman dekat saya adalah perokok, dan ketika saya sedang bersama mereka saya ditarik ke dalam lingkungan dimana saya harus menghadapi adiksi saya. Ini merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk dihadapi dan saya terlalu sering goyah lalu pada akhirnya merokok bersama teman-teman. Saya tahu bahwa ini merupakan kegagalan saya sendiri, saya kurang memiliki niat yang kuat untuk tidak merokok bersama teman-teman saya (terutama jika kita sedang minum-minum). Akan tetapi, saya juga paham jika saya tidak berteman dengan para perokok akan lebih mudah bagi saya untuk berhenti merokok secara keseluruhan. Hal ini merupakan sejenis jebakan sosial yang terjadi ketika seseorang berteman dengan orang-orang yang menggunakan zat yang ia berusaha hentikan adiksinya. Bertemu dengan teman-teman berarti menghadapi adiksi secara langsung dalam situasi yang mendorongmu untuk memenuhi rasa candu itu. Sangatlah sulit untuk melewati situasi semacam ini. Karena itu, penting sekali untuk meninggalkan lingkungan pertemanan yang kurang mendukung proses penanganan adiksi. Saat sebuah adiksi berkembang, hal tersebut menjadi semakin terintegrasi ke dalam hidup. Di saat-saat terendah dalam hidup, saya menjalani hari-hari dan aktivitas beriringan dengan adiksi yang saya alami. Hal ini sungguh berdampak besar pada diri saya dan cara saya menjalani hidup. Karena itu, dalam penanganan adiksi, saya menyusun ulang sebagian besar hidup saya, mengubah aktivitas yang saya lakukan, apa yang saya lakukan untuk mengisi waktu dan bagaimana saya berpikir tentang diri saya sendiri.

Mengakui bahwa saya memiliki kecanduan terhadap marijuana dan rokok merupakan langkah pertama yang sulit untuk menyembuhkan diri sendiri. Rasanya seperti sedang berkutat dengan sesuatu yang merusak dan saya malu untuk mengakuinya. Di lubuk hati yang dalam, saya tahu dengan mengakui bahwa saya kecanduan berarti saya mengakui bahwa saya memiliki sebuah masalah untuk dihadapi. Dengan berpura-pura tidak memiliki kecanduan saya dapat berpura-pura bahwa saya tidak memiliki masalah dan terus merokok—sebuah jalan keluar yang malas, dan sesuatu yang persis diinginkan oleh adiksi. Karena alasan ini lah mengakui sebuah adiksi merupakan langkah pertama dalam penyembuhan. Sampai sebuah adiksi terlihat dan disadari, hal ini tidak bisa dilawan.

Saya akan mengakhiri blog post ini dengan pelajaran terpenting yang saya dapatkan tentang melawan adiksi. Rayakanlah setiap kemajuan dan ketekunan yang telah dicapai. Melawan sebuah adiksi membutuhkan waktu yang panjang, dan setiap kali kamu tidak terjerumus ke dalam adiksi merupakan suatu keberhasilan yang patut dirayakan. Beberapa kemunduran merupakan hal yang normal dan yang terpenting adalah menyadari bahwa ini merupakan bagian dari perjalananmu. Selama kamu tetap ingat tujuan dan terus berusaha untuk meraihnya, kamu pasti akan berhasil. Hal ini cenderung sulit dan membutuhkan waktu serta perjuangan yang panjang, tetapi dengan menerapkannya kamu pasti mampu melawan adiksi. Kita semua memegang kendali diri kita sendiri dan dapat meraih tujuan apapun yang kita miliki.

Nama-nama telah diubah untuk melindungi privasi individu.

Pelajari lebih lanjut tentang narkoba, alkohol, dan kesehatan mental di Seribu Tujuan